Dita bisa menyetrika baju seragam

Dita sudah kelas 1 SD., ia bukan lagi anak TK yang selalu diantar jemput sekolah oleh Mama. Kini ia ke sekolah jalan kaki bareng kakak-kakaknya, sebab mereka sekolah di sekolah.yang sama. Sehingga Mama sudah tak perlu lagi susah payah antar jemput Dita.

Biasanya Mama lah yang mengantar Dita ke sekolah TK dengan naik becak sekalian ke pasar tradisional dekat sekolah untuk membeli ikan dan sayur. Sepulang dari Pasar, Mama menunggu Dita sampai jam sekolah berakhir. Mama duduk di bangku depan kelas. Begitu sekolah usai, Mama dan Dita pulang ke rumah dengan diantar Abang Becak langganan Mama.

Sebenarnya sejak TK ia ingin belajar mandiri, pulang pergi sekolah sendiri. Dan ia mengutarakan keinginannya itu, tapi Mama sepertinya masih kurang yakin melepas Dita pulang pergi  sendiri. Pernah satu ketika Mama terlambat menjemput Dita. Teman-temannya sudah banyak yang pulang. Suasana sekolah mulai sepi. Hal itu dimanfaatkan Dita untuk belajar pulang sendiri.

Semula Ibu Kepala Sekolah tidak mengizinkan Dita untuk pulang sendiri. Beliau meminta Dita menunggu sebentar lagi. Tapi Dita meyakinkan Ibu guru kalau ia sudah tau jalan dan bisa berhati-hati. Akhirnya Ibu guru mengizinkan.

Baru saja meninggalkan halaman sekolah, ia melihat Mama datang lewat pintu samping. Karena saking inginnya belajar pulang sendiri, dipanggil bukannya menghampiri, Dita malah berlari. Tapi beberapa saat kemudian Dita menghentikan langkahnya, balik badan dan kembali menghampiri Mama. Ia tak ingin membuat Mama khawatir. Akhirnya ia pulang bareng Mama seperti biasa.

Hari pertama sekolah kelas 1 SD Dita pikir akan berbeda dengan sekolah TK. Dita pikir teman-teman di kelas satu lebih ramah, ternyata teman yang usil tetap ada. Dita menangis karena diejek. Deni bilang tasnya itu tas laki-laki. Beberapa hari berikutnya tetap aja ada yang usil. Dita menangis 

Satu hari Dita membuka laporan perkembangannya di TK. Dia melihat selama di TK tak ada satu hari pun ia lewati tanpa menangis. Ia baru menyadari kalau selama dua tahun di TK selalu diisi dengan tangisan. Masa di SD ia akan membiarkan hari-harinya diisi dengan tangisan lagi. Tidak, Dita tidak mau.

Kalau dipikir-pikir, orang usil itu memang suka menjahili orang. Apalagi jika melihat korbannya menangis. Ia ibarat amunisi baginya untuk berbuat usil. Tambah semangat mengusili orang. Tapi jika yang diusili cuek, tentu tidak asyik. Dan pada akhirnya ia akan berhenti sendiri mengusili orang itu. Tanpa harus keluar energi yang banyak, kita akan memenangkan pertempuran.

Dita sudah memutuskan untuk bersikap cuek. Beberapa hari temannya itu masih usil. Tapi demi melihat umpan yang ia lempar dicuekin Dita, pada akhirnya ia merasa capek dan tidak lagi usil. Yes, berhasil. Sejak itu Dita bisa melewati hari-harinya di sekolah dengan tenang.

Karena Dita masih kecil dan belum bisa menyetrika seragam sekolah sendiri, maka Kak Maeda lah yang menyetrikakan  baju seragam Dita. Dita tinggal mengenakan seragam yang sudah disetrika Kakak. Kak Maeda memang baik. 

Kak Maeda tak pernah menyuruh Dita menyetrika sendiri baju seragamnya. Dita tau Kakak sayang padanya. Tak ingin adik kesayangannya ini luka bakar lantaran kena setrika yang panas. Sebab kalau tak hati-hati saat menggunakannya kulit kita bisa melepuh. Terus meninggalkan bekas luka bakar.

Meski begitu Dita ingin belajar menyetrika sendiri. Setiap hari ia perhatikan cara Kakak menyetrika. Kak Maeda memang telaten, dalam sekejap baju seragam yang semula nampak kusut menjadi rapi. Setelah merasa cukup mengerti cara menggunakan setrika, Dita mencoba menyetrika baju seragamnya.

Awalnya semua berjalan lancar,  bajunya beberapa bagian sudah rapi. Saat ia mau mengambil setrika untuk menyelesaikan beberapa bagian yang lain. Dita kurang hati-hati. Tangannya menyentuh bagian setrika yang panas. Dita terpekik kesakitan.

Rasanya perih, dan meninggalkan bekas di tangannya. Mengetahui hal itu, Kak Maeda segera mengambil alih setrikaan Dita  yang belum tuntas. Mama juga melarang Dita menyetrika sendiri. Takut Dita luka bakar lagi.Mama juga mengoles bekas luka bakar itu dengan cream, agar cepat kering.

Tapi Dita tidak kapok. Selain itu ia malu jika terus-menerus seragamnya disetrikakan Kakak. Sudah mulai besar, masa apa-apa masih minta dikerjakan oleh orang lain. Besoknya ia menyetrika lagi dan lebih berhati-hati. Hingga ia mulai terbiasa menggunakannya. Syukurlah semua berjalan lancar. Sejak itu ia tak lagi membuat Kak Maeda repot dengan baju seragamnya.

Dita sudah bisa menyetrika baju seragamnya sendiri. Selain itu ia sudah berani pulang pergi sekolah bareng teman-temannya. Karena banyak temannya tinggal di komplek yang sama. Saat mau menyeberang jalan, Dita tengok kanan dan kiri dulu. Setelah melihat keadaan aman, ia pun menyeberang jalan. 

By: Diana

About admin