Menyayangi Orang Lain
Saya selalu terpana ketika cucu cucu kecil saya yang masih PAUD meneriakkan kalimat bijak ” man laa yarham wa laa yurham”, siapa yang tidak mengasihi orang maka tidak dikasihi.
Ada sebuah ceritera Inspiratif yang saya kutip dari sebuah buku kubik Leadership tulisan Farid Poniman, dkk
Sally berusia delapan tahun, ketika adiknya George sakit dan harus dioperasi Penghasilan orang tuanya pas-pasan, sehingga tidak dapat membiayai operasi tersebut. “Hanya doa dan mukjizat yang dapat menyelamatkan adikmu I” kata ayahnya kepada Sally, “Mukjizot? Apa itu?” bisik Sally dalam hati dan kemudian masuk kamar berdoa untuk “mukjizat” yang la harapkan. Ternyata adiknya belum juga sembuh Lalu ia masuk kembali ke kamar dan memecah celengan. Uang dihitung dan cuma ada 1 dollar 11 sen Berbekal uang Itu Sally pamit untuk membeli obat di apotik Di apotik Sally tidak ditanggapi petugas. Sally lantas mengetuk ngetuk etalase dengan uang logamnya. Sesorang petugas mendekat dan menghampiri, “Mau apa kamu gadis kecil?
“Saya mau membeli mukjizat untuk kesembuhan adik saya yang sedang sakit/” jawab Sally dengan mantap sambal menunjukkan uang recehnya. “Maof godis kecil, disini kami tidak menjual mukjizat. “Kami hanya menjual obat-obatan!”, kata petugas dengan nada kesal. “Bu, tolonglah! Kata ayah, hanya mukjizat yang dapat menyembuhkan adik saya. Mungkin ibu dapat menolong saya?, pinta Sally
Tiba-tiba seorang jika pria menghampiri, memangnya mukjizat apa yang dibutuhkan adikmu?” tanya pria tersebut Sally pun menceriterakan persoalan yang dihadapi. Pria yang dengan sabar mendengarkan Sally itu ternyata Carlton Amstrong. seorang dokter spesialis bedah terkenal la kemudian menawarkan diri untuk mengoperasi George dan membebaskan seluruh biaya operasi.
“Operasi itu biasanya pasti sangat mahal, asal kalau saja kamu tidak mempunyal keyakinan dan cinta kasih kepada adikmu Ibu tidak bisa memboyongkon berapa blayanya pul ibu sambal memeluk putri kesayangannya. “Bu, harga operasi itu 1 dollar 11 sen ditambah lagi muklizar Jawab Sally dengan rasa penuh suka cita.
Bila seorang Pemimpin yang sedang mencari pembantu untuk sukses usahanya atau kegiatan- kegiatan lain sosial budaya, politik, bahkan mencari seorang pendidik, tentulah yang dicari CORT adalah orang-orang yang tidak dapat menyerah, cepat mengeluh, takut perubahan, cenderung menghindari masalah daripada usaha mencari solusi. Yang dicari adalah orang orang yang bermental tangguh, gigih dan solutif. Yang terakhir ini tentu hanya dimiliki mereka yang fikirannya terbuka, positif dan mampu melihat masalah dari sisi positifnya, meski betapapun rumit dan sulitnya masalah yang dihadapi. Dia yang senantiasa melihat gelas setengah penuh, mampumengambil hikmah dari semua peristiwa dan tidak memberi kesempatan fikiran dan perasaan negatif memenuhi enaknya. Ketika menghadapi kesulitan, in berpandangan, Tuhan sedang mengasah kecerdasan fikir, emosi dan spiritualitasnya Orang yang berfikiran positif sangat menikmati kehidupan.
Orang yang berorientasi pada kerja ikhlas akan bekerja dengan keras dan cerdas, sekaligus dengan fikiran positifnya akan selalu bersikap dan berperilaku produktif dan konstruktif.
Orang yang tulus, yang dalam prinsip profesi guru/dosen menurut UUGD adalah bekerja berdasar “bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme” akan mampu menjadi guru sejati yang bukan hanya mampu berkata, tetapi juga menjelaskan, memberi contoh dan menjadi contoh Guru yang menumbuhkembangkan peserta didik dengan inspirasi-inspirasinya. Guru dengan panggilan jiwa dan idealisme akan bekerja dengan penuh semangat, kasih sayang dan dengan semangat to give, bukan to get. (Widadi, Pembina PGRI Jawa Tengah)
Sumber: Derap Guru